SELAMAT DATANG

Selamat Datang...
Agen - Agen Perubahan...!!!

Senin, 22 November 2010

Erupsi Kepercayaan di Tengah Bencana Negeri

Sungguh berita yang sudah tidak asing lagi bahwa tidak ada kekuatan di negeri ini yang tidak dapat ditembus. Di tengah himpitan bencana yang mendera negeri dalam waktu yang bersamaan tanpa perasaan berbuat seakan negeri ini milik segelintir kelompok atau kekuatan.

Percayalah. Jika instansi yang paling dipercaya saja sudah tidak memiliki pertahanan kepercayaan. Mau cari ke mana lagi untuk mendapatkannya?

Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya bahwa teori konspirasi mirip dengan afia. Jika suatu kejahatan terungkap dan tidak memiliki kekuatan maka si pelaku akan bergabung dengan yang mengalahkan. Setelah bergabung selanjutnya akan disusun strategi mengalahkan lawan-lawan berikutnya demi membesarkan kelompok yang sedang dibangun.

Sekiranya itulah yang pas untuk kondisi "Sang Maestro Gayus" yang mengingatkan kita pada Harry Houdini pesulap besar kelahiran Hungaria yang kerap berhasil meloloskan diri dalam kurungan dan ikatan apa pun.

Gayus dan houdini memiliki kesamaan yaitu selalu memiliki keberuntungan dapat lolos dari kurungan tetapi sangat berbeda caranya. Houdini memiliki kepintaran dalam teknik meloloskan diri karena itu dia terkenal dengan trik Chinese water torture dengan tubuh ergantung dalam lemari kaca yang diisi air.

Berbeda dengan Gayus. Cukup dengan merogoh Rupiah dalam saku lantas 1001 jalan terbuka. Bahkan, dengan karpet merah yang siap ditapaki hingga ke Bali.

Baiklah. Kisah ini berawal dari bebasnya gayus bebas berkeliaran dari tempat tahanan ang menurut publik adalah sakral dan angker Rutan Mako Brimob Depok. Lihat setelah kejadian Gayus kendurlah syaraf yang melingkari jaringan otak di masyarakat.

Tidak salah jika masyarakat beranggapan bahwa tidak ada rumit dan angker di negeri ini sekalipun tempat tahanan khusus yang dijaga 1000 penjaga. Artinya jika ditarik kesimpulan keangkeran ini justru nilai keamanan bagi penghuninya karena untouchable (tak tersentuh) dari siapa pun.

Kondisi ini mengingatkan masyarakat kepada para penghuni penjara ini sebelumnya yang sudah tentu masyarakat mengetahuinya. Tipis sekali beda kata antara mengamankan dan diamankan.

Dari hasil pemeriksaaan ternyata ini bukan sekali dua kali gayus dapat bebas berkeliaran tetapi sudah puluhan kali. Metode yang digunakan adalah menyuap sang penjaga bahkan ke Kepala Rutan (Karutan) setingkat Komisaris. Ratusan juta mengalir sudah ke oknum instansi yang seharusnya menjadi panutan penghuni negeri ini.

Teringat kembali spanduk yang terpampang di pinggir mau pun sudut jalan raya yang berbunyi? Penerima dan pemberi suap sama-sama melanggar hukum? Kalau diplesetkan bisa saja berbunyi "penerima dan pemberi suap sama-sama melanggar hukum jika ketahuan".

Tragedi kepercayaan ini bukan sekali terjadi di negeri 1001 masalah. Tetapi, hanya perulangan di waktu yang berbeda dan pemeran yang berbeda.

Gayus hanya menjadi senjata yang bisa digerakan ke mana saja dan siapa saja. Masyarakat masih yakin bahwa ini ada yang memegang pelatuknya. Istilah yang tepat "The Man Behind The Gun".

Sekelas Karutan tidak akan berani bermain dengan tahanan yang sudah mengantungi miliaran hasil kerja (baca: korupsi) menjadi sorotan dan dapat membuat jantung berdegup karena waiting list menunggu nomor pintu sel untuk dihuni oleh nyanyian gayus. Ada banyak bargain (tawar-menawar) di antara banyak kepentingan. Hal ini menjadi pemicu dugaan yang bisa melebar ke mana-mana.

Di dalam hati masyarakat lakon seperti ini sudah sangat sering menusuk perasaan dikarenakan perlakuan yang tidak berimbang jika sebagian lapisan masyarakat mengalami permasalahan dengan hukum. Selain itu apakah ini ujian yang terbaik dari yang terbaik akan datang untuk Timur Pradopo, Kapolri yang belum genap sebulan menjabat? Apakah setega itu ada pembusukan di internal sendiri? Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar